Menggerakkan Generasi Hijau: Kontribusi Mahasiswa dalam Praktik Keberlanjutan
Oleh Anisa Naamin
Public Relation Coordinator Swiss German University
KEBERLANJUTAN atau sustainability telah menjadi salah satu isu terpenting di era modern. Isu ini menarik perhatian dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda, lokal hingga global, individu hingga pemerintah. Arus informasi pun semakin deras di era digital. Siapa saja dapat menyuarakan pendapatnya dengan mudah melalui berbagai kanal komunikasi.
Dalam sebuah jurnal berjudul “Tantangan Dalam Upaya Mengatasi Dampak Perubahan Iklim dan Mendukung Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan: Sebuah Tinjauan” yang dirilis pada 2022, kerusakan lingkungan, terutama perubahan iklim dan pemanasan global, menjadi isu global yang mendesak.
Peningkatan suhu rata-rata bumi telah menyebabkan dampak serius, seperti hilangnya gletser, kepunahan hewan, dan penurunan hasil pertanian. Dampak ini sangat terasa di beberapa negara, seperti gelombang panas ekstrem di India dan Kuwait, serta pencemaran sungai di Kolombia.
Berbagai negara telah menerapkan kebijakan untuk mengurangi dampak pemanasan global. Langkah ini pun sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang mencakup 17 tujuan untuk pembangunan berkelanjutan hingga 2030.
Adapun target SDGs meliputi pengentasan kemiskinan, pengentasan kelaparan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, air bersih, energi terjangkau, pekerjaan layak, inovasi, berkurangnya kesenjangan, kota berkelanjutan, konsumsi bertanggung jawab, penanganan iklim, ekosistem laut dan darat, perdamaian, keadilan, serta kemitraan.
Peran generasi muda dalam menggerakkan perubahan
Di tengah ancaman perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, peran generasi muda menjadi semakin krusial.
Diwartakan Kompas.com, Senin (8/4/2024), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Siti Nurbaya menyatakan bahwa generasi muda Indonesia memiliki potensi besar dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
Menurutnya, generasi milenial dan gen Z memiliki idealisme, mobilitas tinggi, kepedulian sosial, inovasi, dan kreativitas yang dapat menjadi modal untuk menyelamatkan lingkungan.
Generasi muda, khususnya mahasiswa, memiliki kesempatan besar untuk berperan penting dalam praktik keberlanjutan. Di berbagai belahan dunia, mahasiswa telah membuktikan diri sebagai agen perubahan yang efektif.
Mereka dapat menyebarkan berbagai pesan kelestarian kepada khalayak umum melalui berbagai cara dan kanal komunikasi, seperti aksi langsung, video, dan foto di media sosial.
Peran mahasiswa sebagai agen perubahan
Dalam jurnal “Peran Mahasiswa Dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan Dengan Memanfaatkan Media Sosial” yang dirilis pada 2023, mahasiswa memiliki potensi besar untuk menggerakkan upaya pelestarian lingkungan dengan mengadvokasikan pendidikan berkelanjutan, penelitian yang berdampak, dan mengimplementasikan praktik-praktik keberlanjutan.
Kesadaran lingkungan di kalangan mahasiswa pun dinilai semakin meningkat. Mereka tidak hanya menunjukkan perhatian, tetapi juga aktif mengambil tindakan untuk menghasilkan perubahan.
Laporan Indonesia Gen Z Report 2024 menunjukkan bahwa 88 persen responden menganggap isu perubahan iklim sebagai isu serius. Sementara, sebanyak 82 persen responden menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan melalui gaya hidup, seperti menggunakan produk ramah lingkungan, menaiki kendaraan umum, dan mengurangi penggunaan plastik.
Pandawara Group adalah salah satu contoh kelompok generasi muda Indonesia yang unjuk kepedulian terhadap keberlanjutan.
Sejak pertengahan 2022, lima pemuda asal Bandung bergabung dengan Grup Pandawara untuk menangani masalah banjir akibat sampah yang menumpuk di aliran sungai. Mereka aktif membuat konten di media sosial untuk menyuarakan masalah lingkungan, dan gerakan mereka menarik perhatian luas.
Kampanye bersih-bersih Pantai Sukaraja di Lampung, misalnya, berhasil menarik keterlibatan langsung sekitar 3.700 orang.
Inisiatif dan program keberlanjutan di kampus
Kampus atau universitas memiliki peran besar dalam gerakan keberlanjutan mahasiswa. Institusi tersebut merupakan wadah utama bagi mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan mengenai keberlanjutan dan menerapkan ilmu yang mereka dapatkan dalam berbagai bentuk.
Dalam jurnal “Pembangunan Berkelanjutan dan Keadilan Sosial: Catatan tentang Peranan Perguruan Tinggi” yang dipublikasikan pada 2023, perguruan tinggi bertanggung jawab melakukan penelitian mengenai kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup serta menggunakan temuan terbaru untuk mendidik siswa.
Salah satu institusi pendidikan yang turut mendorong kesadaran mahasiswa terhadap isu keberlanjutan adalah Swiss German University (SGU). Sejak 2014, kampus ini telah mendirikan program studi Sustainable Energy and Environment (Prodi SEE) di bawah Fakultas Life Sciences and Technology.
Program tersebut mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan energi berkelanjutan dan lingkungan melalui studi energi terbarukan, teknologi energi, manajemen lingkungan, kebijakan energi dan lingkungan, efisiensi energi, serta desain dan teknik lingkungan.
Mahasiswa juga terlibat dalam proyek praktis dan penelitian inovatif, mempersiapkan mereka untuk berkarier di berbagai sektor industri energi, serta konsultasi lingkungan, penelitian, dan kebijakan publik.
Koordinator Prodi SEE SGU Evita H Legowo menuturkan bahwa pihaknya bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya memahami konsep dan teknologi dalam energi baru terbarukan, tetapi juga mampu menerapkannya untuk menciptakan solusi nyata bagi tantangan lingkungan global.
Kolaborasi dengan pihak eksternal
Kolaborasi antara mahasiswa, universitas, dan organisasi nonpemerintah (NGO) dinilai dapat menjadi kunci keberhasilan inisiatif keberlanjutan. International Student Environmental Coalition (ISEC) adalah salah satu contoh kolaborasi tersebut.
Melansir laman www.isecoalition.org, ISEC adalah organisasi internasional yang terdiri dari mahasiswa dari 30 negara dunia. Organisasi ini bertujuan menyatukan anak muda untuk memerangi perubahan iklim dan menggerakkan pemerintah, perusahaan, serta institusi lainnya untuk bertanggung jawab terhadap perubahan iklim.
Pada 2023, ISEC menjadi NGO yang terakreditasi oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghadiri berbagai negosiasi iklim internasional.
Teknologi dan inovasi untuk keberlanjutan
Teknologi memiliki peran krusial dalam mendukung praktik keberlanjutan. Utamanya, dalam upaya mencari alternatif atas penggunaan energi tidak terbarukan atau bahan-bahan lain yang tidak dapat diurai bumi. Mahasiswa sering berada di garis depan inovasi karena mereka aktif dalam pembelajaran dan penelitian di kampus.
Di SGU, mahasiswa Prodi SEE aktif mempelajari dan meneliti berbagai inovasi ramah lingkungan. Salah satu penelitian yang cukup konsisten adalah pemanfaatan limbah untuk produksi bioenergi.
Selain itu, mahasiswa Prodi SEE juga mempunyai kesempatan untuk melaksanakan kunjungan ke industri-industri energi berkelanjutan dan untuk mendapatkan sertifikat terkait dengan energi surya.
Mahasiswa memulai dengan mempelajari teori di kelas, kemudian mengaplikasikannya dalam praktikum instalasi panel tenaga surya di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Setelah berhasil menyelesaikan praktikum ini, mereka mendapatkan sertifikasi dari Kementerian ESDM.
Tantangan dan hambatan dalam menggerakkan generasi hijau
Menggerakkan generasi hijau bukan tanpa tantangan. Hambatan struktural dan budaya sering kali menghalangi upaya keberlanjutan. Beberapa institusi mungkin masih kurang mendukung inisiatif mahasiswa, dan kesadaran masyarakat umum yang belum memadai juga menjadi salah satu hambatan.
Kembali ke Pandawara Group, diberitakan Kompas.com, Kamis (5/10/2023), mereka sempat menghadapi ancaman somasi dari Pemerintah Desa dan Karang Taruna Pantai Loji Sukabumi karena menyebut Pantai Loji sebagai pantai terkotor ke-4 di Indonesia.
Meski demikian, mereka tetap mendapatkan dukungan besar dari warganet, termasuk mantan Menteri Perikanan dan Kelautan RI, Susi Pudjiastuti yang mengecam sikap Pemerintah Desa dan Karang Taruna Pantai Loji Sukabumi. Pandawara Group pun melanjutkan aksi bersih-bersih setelah mendapatkan izin pada 6–7 Oktober 2023.
Masa depan gerakan mahasiswa untuk keberlanjutan
Potensi perkembangan gerakan mahasiswa untuk keberlanjutan di masa depan sangat besar. Dengan meningkatnya kesadaran global tentang pentingnya keberlanjutan, semakin banyak mahasiswa yang tertarik untuk terlibat dalam inisiatif ini.
Di SGU, upaya untuk memperkuat kontribusi mahasiswa dalam keberlanjutan terus berlanjut. Upaya ini dilakukan dengan rencana memperluas program-program keberlanjutan dan mendorong lebih banyak kolaborasi antara mahasiswa, fakultas, dan industri.
Simpulan
Mahasiswa memiliki peran penting dalam menggerakkan praktik keberlanjutan. Melalui inisiatif, baik di kampus maupun dalam kolaborasi dengan organisasi eksternal, mereka telah menunjukkan bahwa perubahan nyata dapat dicapai.
Dukungan yang tepat dapat menjadikan mahasiswa agen perubahan yang kuat dalam upaya global untuk keberlanjutan. Dengan meningkatnya kesadaran dan tindakan yang diambil oleh generasi muda, kita dapat berharap untuk melihat dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan di masa depan.
Penting bagi semua pihak untuk terus mendukung dan memfasilitasi inisiatif mahasiswa dalam praktik keberlanjutan. Ini penting memastikan bahwa generasi hijau ini dapat terus bergerak maju dan menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
SUMBER PEMBERITAAN: KOMPAS
About Swiss German University
SWISS GERMAN UNIVERSITY (SGU) was established in 2000 as a joint effort between Indonesia, Germany, Switzerland, and Austria. We are the pioneer in offering international curricula in Indonesia. Qualified students can graduate with a Double Degree from Indonesia and Germany, which SGU provides in cooperation with partner universities; surely a valuable tool for your future careers. Ever since its establishment, SGU has been dedicated to delivering quality education in line with international standards and aims to develop skilled professionals who meet the demands of the industry. In order to achieve its objectives, SGU offers quality-oriented learning through 16 Bachelor‘s Degree Programs and 6 Master’s Degree Programs ranging from Engineering, Information Technology, and Business to Life Sciences and Social Sciences. Furthermore, with small class sizes, and with English as the medium of instruction, you can look forward to pursuing your tertiary education and degree with full confidence.